Kisah Teladan Al Barra' Bin Malik r.a | KISMATku - KISAH MANFAAT


Al Barra' bin Malik radhiallahu 'anhu

"ALLAH DAN SURGA"
 
Ia adalah salah Seseorang antara salah satu dari 2 bersaudara yg hidup mengabdi- kan diri buat Allah, serta telah mengikat janji dgn Rasulullah saw yg tumbuh dan berkembang seiring masa.

Yang pertama dengan nama Anas bin Malik khadam Rasulullah saw Ibunya yg ber- nama Ummu Sulaim membawa- nya pada Rasul, sedang usianya pada waktu tersebut baru 10 tahun, sembari mengatakan:" Ya Rasulallah! Ini Anas, pelayan anda yang bakal melayani anda, doakanlah dia kepada Allah!"

Rasulullah mencium anak tersebut antara kedua matanya setelah itu mendoakannya, doa mana senantiasa menuntun umurnya yang panjang ke arah kebajikan serta keberkahan. Rasul telah mendoakannya dengan ucapan- ucapan berikut:

" Ya Allah banyakkanlah harta serta anaknya, berkatilah dia serta masukkanlah dia ke surga"

Dia hidup, hingga usia 99 tahun serta diberi- Nya anak dan cucu yg banyak begitu pula Allah memberi- nya rizqi, berbentuk kebun yang luas serta subur, yang dapat menghalalkan panen buah- buahan 2 kali dalam setahun.

Yang kedua dari 2 bersaudara itu ialah Barra bin Malik. Dia termasuk kelompok terkemuka serta terhormat, menempuh kehidupannya dengan bersemboyan" Allah dan surga". serta barang siapa melihat- nya tengah berperang mempertahan- kan Agama Allah, tentu bakal melihat hal ajaib di balik ajaib!

Kala dia ber- hadapan pedang dgn orang- orang musyrik, Al- Barra bukan- lah orang yg cuma senantiasa mencari kemenangan, sekalipun kemenangan tergolong tujuan, tetapi tujuan akhir- nya merupakan mencari kesyahidan. Segala cita- citanya mati syahid, menemui ajal- nya di salah sesuatu gelanggang pertempuran dalam mempertahan- kan haq serta melenyap- kan kebathilan.

Ia tidak pernah ketinggalan dalam tiap pertempuran baik dengan Rasul maupun tidak. Pada sesuatu hari sahabatnya tiba mengunjunginya, dia lagi sakit, dibawanya air muka mereka sesudah itu katanya:

" Bisa jadi kamu khawatir saya wafat di atas tempat tidurku. Tidak, demi Allah, Tuhan tidak bakal menghalangiku mati syahid"

Allah betul- betul telah memberikan harapannya, dia tidak wafat di atas tempat tidurnya, tetapi dia gugur menemui syahid dalam salah satu peperangan yang terdahsyat.

Kepahlawanan Barra di medan perang Yamamah lumrah serta setimpal dengan sifat dan tabiatnya. Wajar buat seseorang pahlawan yang sehingga Umar mewasiatkan supaya dia jangan jadi komandan pasukan, oleh sebab keberaniannya yang luar biasa, keperwiraan serta ketetapan hatinya menghalau maut. Seluruh sifat- nya tersebut bakal menyebab- kan kepemimpinan- nya dalam pasukan membahaya- kan anak buah- nya dan bisa membawa kebinasaan.

Barra berdiri di medan perang Yamamah, dikala balatentara Islam yang lagi di bawah komando Khalid, bersiap- siap buat menyerbu. Dia berdiri& merasai detik- detik itu, ialah kala saat sebelum panglima- nya memerintah- kan maju, amat lama sekali, bertahun- tahun layak- nya. Kedua matanya yg tajam bergerak- gerak dgn cepat- nya menyelusuri seluruh medan tempur, seakan- akan lagi mencari- cari tempat bersemayam yg sebaik- baiknya buat seseorang pahlawan. Memanglah tidak ada yg menyibukkan- nya di antara seluruh perihal duniawi, kecuali tujuan Yang satu ini!

Diawali dengan berjatuhannya korban di pihak kalangan musyrikin penyeru kedhaliman serta kebathilan akibat ketajaman serta tebasan pedangnya al- Barra yang jitu. Setelah itu di akhir pertempuran, suatu sayatan pedang menimpa badannya oleh tangan seseorang musyrik, menyebabkan badan kasarnya jatuh ke tanah, sebaliknya badan halusnya menempuh jalannya membubung ke tingkatan yang paling tinggi ke mahligai para syuhada tempat kembalinya orang- orang yang beroleh berkah.

Seperti itu khayalannya dikala dia menantikan komando.

Khalid mengumandangkan takbir" Allahu Akbar", hingga majulah segala deretan barisan yang bersatu- padu menuju pada sasarannya, serta maju pula pengasyik maut Barra bin Malik.

Dia terus memburu anak buah& pengikut sang penipu Musailamah dgn pedang- nya, hingga mereka berjatuhan semacam daun kering di masa gugur. Tentara Musailamah bukan- lah tentara yg lemah& tidak banyak jumlah- nya. apalagi dia merupakan tentara murtad yg sangat beresiko. Baik bilangan ataupun perlawanan dan perjuangan habis- habisan prajurit- nya, adalah bahaya di atas segala bahaya!

Mereka membalas serbuan Kalangan Muslimin dengan perlawanan yang menggapai puncak kekerasannya sehingga hampir- hampir mereka mengambil alih kendali peperangan serta merubah perlawanan mereka menjadi serbuan balasan. Waktu itulah kecemaasan kegelisahan terasa merembes ke dalam barisan Kalangan Muslimin.

Melihat keadaan ini, para komandan serta pimpinan pasukan seraya terus bertempur berdiri di atas pelana, berseru dengan kalimat- kalimat yang membangunkankan semangat serta meneguhkan hati.

Barra bin Malik memiliki suara indah serta keras. Dia terpanggil oleh panglima Khalid, dimintanya buat buka suara. Hingga Barra juga menyerukan perkata yang penuh gemblengan semangat serta kepahlawanan, beralasan serta kuat. Wahai penduduk Madinah! Tidak ada Madinah untuk kamu saat ini. Yang ada cuma" Allah dan surga"

Perkataan itu menunjukkan jiwa pembicaranya, serta menarangkan sifat akhlaqnya. Benarlah, yang tinggal cumalah Allah dan surga! Sebab di dalam suasana serta tempat semacam ini, tidaklah wajar terdapat fikiran- fikiran kepada yang lain walaupun kota Madinah, ibu kota Negeri Islam, tempat rumah tangga, isteri dan anak- anak mereka! Sekarang tidak patut mereka berfikir ke situ! Karena apabila mereka sampai dikalahkan, sehingga tidak ada artinya kota Madinah lagi.

Kata- kata Barra ini menyerap laksana, laksana apakah?

Tiap tamsil apapun tidaklah tepat, sebab tidak seimbang dengan hasil yang ditimbulkannya.

Sehingga baiklah kita katakan saja, kata- kata Barra ini sudah menyerap serta itu telah lumayan. Serta dalam waktu yang tidak lama, suasana pertempuran pula kembali kepada keadaannya semula.

Kalangan Muslimin beroleh kemajuan bagaikan pendahuluan untuk sesuatu kemenangan yang gemilang. Serta orang- orang musyrikin tersungkur ke jurang kekalahan yang amat getir. Pada disaat itu

Barra bersama kawan- kawannya berjalan dengan bendera Muhammad saw hendak menggapai tujuan yang utama.

Orang- orang musyrik mundur serta melarikan diri ke belakang. Mereka berkumpul serta berlindung di sesuatu perkebunan besar yang mereka ambil selaku benteng pertahanan.

Pertempuran menjadi reda, serta semangat Muslimin agak surut. Jika begini naga- naganya, dengan siasat yang dipakai anak buah dan tentara Musailamah bertahan di perkebunan itu, bisa jadi suasana peperangan bakal berputar serta berganti arah lagi.

Sehingga di disaat yang genting itu, Barra naik ke sesuatu tempat yang ketinggian, kemudian berseru:" Wahai Kalangan Muslimin, bawalah saya serta lemparkan ke tengah- tengah mereka ke dalam kebun itu"

Bukankah telah kukatakan kepada kamu sekalian, kalau dia tidak mencari menang namun mencari syahid? Dia betul- betul sudah membayangkan kalau langkah ini merupakan penutup yang terbaik untuk kehidupannya, serta wujud yang terindah buat kematiannya. Sewaktu dia dilemparkan ke dalam kebun itu nanti, maka dia segera membukakan pintu untuk Kalangan Muslimin, serta bersamaan itu pedang- pedang orang musyrikin bakal melukai serta mengoyak- ngoyak badannya, namun di waktu itu pula pintu- pintu surga bakal terbuka lebar memperlihatkan kemewahan serta kenikmatannya buat menyambut mempelai baru serta mulia. 

Barra rupanya tidak menunggu dia digotong serta dilemparkan, malah dia sendiri yang memanjat bilik serta melemparkan dirinya ke dalam kebun serta langsung membuka pintu yang terus diserbu oleh tentara Islam.... Akan tetapi mimpi Barra belum lagi terlaksana, tidak ada rupanya pedang- pedang musyrikin yang sampai mencabut nyawanya, hingga tidak pula dia mendapatkan kematian yang sepanjang ini didambakan. Benarlah apa yang dikatakan oleh Abu Bakar radhiallahu anhu:

" Songsong serta carilah kematian, pasti akan memperoleh kehidupan"

Memanglah tubuh pahlawan itu mendapat lebih dari delapan puluh tusukan dari pedang- pedang musyrikin menyebabkannya menderita cedera lebih dari delapan puluh lubang, sehingga sebulan setelah perang berlalu masih pula dideritanya, serta Khalid sendiri turut merawatnya di waktu itu. Namun seluruh yang mengenai dirinya ini belum lagi bisa mengantarkannya kepada apa yang dicita- citakannya.

Tetapi yang demikian itu tidak mengakibatkan Barra berputus asa.

Kafir serta musyrik masih menyerang.

Melintang membatasi Agama Allah berkembang.

Seruan jihad senantiasa berkumandang.

Jalur ke surga masih terbentang.

Dulu Rasulullah meramalkan kalau permintaan serta doanya hendak dikabulkan Allah. Tinggal baginya senantiasa berdoa. meminta dikaruniai mati syahid, serta dia tidak butuh buru- buru, sebab tiap ajal telah terdapat ketentuannya.

Saat ini Barra sudah sembuh dari luka- luka perang Yamamah. Serta saat ini dia maju lagi bersama pasukan tentara islam yang berangkat hendak menghalau seluruh kekuatan kedhaliman ke jurang kehancurannya, adalah nun di sana. di mana masih berdiri 2 kerajaan raksasa serta aniaya, ialah Romawi serta Persi, yang dengan tentaranya yang ganas menduduki negeri- negeri Allah, memperbudak hamba- hambaNya serta mengintip kelengahan ummat Islam.

Barra memukulkan pedangnya serta di tiap tempat sisa pukulan itu berdiri bilik yang kukuh dalam membina alam baru yang bakal berkembang di bawah bendera islam dengan cepat tak ubahnya bagai munculnya mata hari menjelang siang.

Dalam salah satu peperangan di Irak, orang- orang Persi mempergunakan tiap metode yang rendah serta biadab yang bisa mereka lakukan selaku perlindungan.

Mereka memakai penggait- penggait yang diikatkan ke ujung rantai yang dipanaskan dengan api, mereka lempar dari dalam benteng mereka, sampai bisa menyambar Kalangan Muslimin serta menggaitnya secara seketika sedang korban tidak sanggup membebaskan dirinya.

Ada pula Barra serta abangnya Anas bin Malik mendapat tugas bersama sekelompok Muslimin buat merebut salah satu benteng- benteng itu. Namun seketika salah satu penggait ini jatuh serta menyangkut ke badan Anas, sedang dia tidak mampu memegang rantai buat membebaskan dirinya, sebab masih panas serta bernyala. Barra melihat kejadian yang mengerikan ini. Dengan segera dia menuju saudaranya yang tengah ditarik ke atas alat penggait dengan talinya yang panas menuju lantai dinding benteng. Dengan keberanian yang luar biasa dipegangnya rantai itu dengan kedua tangannya, kemudian direnggut serta disentakkannya sekuat- kuatnya, sampai akhirnya dia bisa membebaskan diri dari rantai itu, serta selamatlah Anas dari bahaya.

Bersama orang- orang sekelilingnya dilihatnya kedua telapak itu tidak terdapat lagi di tempatnya! Dagingnya rupa- rupanya sudah meleleh sebab terbakar serta yang tinggal cumalah kerangkanya yang memerah coklat serta terbakar hangus!

Si pahlawan kembali menghabiskan waktu yang lumayan lama pula buat memulihkan cedera bakarya hingga sembuh betul!

Apakah belum jua tiba masanya untuk sang pencinta maut itu buat menggapai maksudnya? Sudah, saat ini telah tiba masanya! Inilah ia pertempuran Tutsur bakal tiba, serta di sinilah balatentara Islam bakal berhadapan dengan balatentara Persi, serta di sinilah pula Barra bisa memperingati pestanya yang terbesar.

Penduduk Ahwaz serta Persi sudah berhimpun dalam sesuatu pasukan tentara yang amat besar hendak melanda Kalangan Muslimin. Amirul Muminin Umar bin Khatthab menulis pesan kepada Saad bin Abi Waqqash di Kufah supaya mengirimkan pasukan tentara ke Ahwaz, serta menulis pesan pula kepada Abu Musa al Asyari di Basrah supaya mengirimkan pula pasukan ke Ahwaz, sembari berpesan dalam pesan itu: "Angkatlah selaku komandan pasukan Suhail bin Adi serta hendaklah dia dampingi oleh Barra bin Malik"

Serta bertemulah pasukan yang tiba dari Kufah dengan yang tiba dari Basrah buat menghadapi tentara Persi di sesuatu pertempuran yang seru serta menyeramkan. Di golongan tentara Islam ada 2 orang bersaudara utama ialah Anas bin Malik serta Barra bin Malik. Pertempuran diawali dengan perang tanding satu lawan satu, Barra sendiri menjatuhkan hingga seratus penantang dari Persi. Setelah itu berkecamuklah perang yang baur di antara kedua pasukan serta dari kedua belah pihak berjatuhan korban yang tidak sedikit.

Sebagian shahabat mendekati Barra sedangkan perang tengah berlangsung itu mereka menghimbaunya sembari mengatakan:

"Masih ingatkah engkau, hai Barra akan sabda Rasul tentang dirimu: Berapa banyak orang yang berambut kusut masai serta berdebu serta punya cuma 2 baju lapuk hingga tidak diperhatikan orang sama sekali, sementara itu seandainya dia meminta kutukan kepada Allah untuk mereka, pastilah bakal diluluskannya.

Serta di antara orang- orang itu yakni Barra bin Malik.

"Wahai Barra bersumpahlah kalian kepada Tuhanmu, supaya Dia mengalahkan musuh serta membantu kita"

Maka Barra mengangkat kedua tangannya ke arah langit dengan berendah diri kemudian berdoa: "Ya Allah, kalahkan mereka. serta tolonglah kami atas mereka, serta pertemukanlah daku hari ini dengan Nabi- Mu"

Dilayangkannya pandangannya yang lama kepada saudaranya Anas yang berperang berdampingan dengannya, seakan- akan hendak mengucapkan selamat tinggal. Serta menyerbulah Kalangan Muslimin dengan keheranian yang tidak khawatir mati, sesuatu keberanian yang tidak diketahui dunia kecuali dari mereka. Serta mereka juga beroleh kemenangan, sesuatu kemenangan yang nyata.

Di tengah- tengah para syuhada yang jadi qurban pertempuran, terdapatlah Barra dengan wajahnya menunjukkan senyuman, senyum manis saperti sinar fajar. Tangan kanannya tengah menggenggam segumpal tanah berlumuran darah, ialah darahnya yang suci. Serta pedangnya masih tergeletak di sampingnya. kokoh tidak terpatahkan, rata tanpa guratan.

Musafir: itu sudah hingga ke kampungnya. Bersama- sama temannya yang syahid dia sudah menggapai perjalanan hidup yang agung lagi mulia, serta mereka menerima panggilan dari Ilahi:

"Itulah surga yang Kami wariskan buat kamu, selaku balasan atas amal perbuatan kamu"( Q. S. Al- Araf: 43)



Kisah Teladan Al Barra' Bin Malik r.a | KISMATku



Al Barra' bin Malik radhiallahu 'anhu

"ALLAH DAN SURGA"
 
Ia adalah salah Seseorang antara salah satu dari 2 bersaudara yg hidup mengabdi- kan diri buat Allah, serta telah mengikat janji dgn Rasulullah saw yg tumbuh dan berkembang seiring masa.

Yang pertama dengan nama Anas bin Malik khadam Rasulullah saw Ibunya yg ber- nama Ummu Sulaim membawa- nya pada Rasul, sedang usianya pada waktu tersebut baru 10 tahun, sembari mengatakan:" Ya Rasulallah! Ini Anas, pelayan anda yang bakal melayani anda, doakanlah dia kepada Allah!"

Rasulullah mencium anak tersebut antara kedua matanya setelah itu mendoakannya, doa mana senantiasa menuntun umurnya yang panjang ke arah kebajikan serta keberkahan. Rasul telah mendoakannya dengan ucapan- ucapan berikut:

" Ya Allah banyakkanlah harta serta anaknya, berkatilah dia serta masukkanlah dia ke surga"

Dia hidup, hingga usia 99 tahun serta diberi- Nya anak dan cucu yg banyak begitu pula Allah memberi- nya rizqi, berbentuk kebun yang luas serta subur, yang dapat menghalalkan panen buah- buahan 2 kali dalam setahun.

Yang kedua dari 2 bersaudara itu ialah Barra bin Malik. Dia termasuk kelompok terkemuka serta terhormat, menempuh kehidupannya dengan bersemboyan" Allah dan surga". serta barang siapa melihat- nya tengah berperang mempertahan- kan Agama Allah, tentu bakal melihat hal ajaib di balik ajaib!

Kala dia ber- hadapan pedang dgn orang- orang musyrik, Al- Barra bukan- lah orang yg cuma senantiasa mencari kemenangan, sekalipun kemenangan tergolong tujuan, tetapi tujuan akhir- nya merupakan mencari kesyahidan. Segala cita- citanya mati syahid, menemui ajal- nya di salah sesuatu gelanggang pertempuran dalam mempertahan- kan haq serta melenyap- kan kebathilan.

Ia tidak pernah ketinggalan dalam tiap pertempuran baik dengan Rasul maupun tidak. Pada sesuatu hari sahabatnya tiba mengunjunginya, dia lagi sakit, dibawanya air muka mereka sesudah itu katanya:

" Bisa jadi kamu khawatir saya wafat di atas tempat tidurku. Tidak, demi Allah, Tuhan tidak bakal menghalangiku mati syahid"

Allah betul- betul telah memberikan harapannya, dia tidak wafat di atas tempat tidurnya, tetapi dia gugur menemui syahid dalam salah satu peperangan yang terdahsyat.

Kepahlawanan Barra di medan perang Yamamah lumrah serta setimpal dengan sifat dan tabiatnya. Wajar buat seseorang pahlawan yang sehingga Umar mewasiatkan supaya dia jangan jadi komandan pasukan, oleh sebab keberaniannya yang luar biasa, keperwiraan serta ketetapan hatinya menghalau maut. Seluruh sifat- nya tersebut bakal menyebab- kan kepemimpinan- nya dalam pasukan membahaya- kan anak buah- nya dan bisa membawa kebinasaan.

Barra berdiri di medan perang Yamamah, dikala balatentara Islam yang lagi di bawah komando Khalid, bersiap- siap buat menyerbu. Dia berdiri& merasai detik- detik itu, ialah kala saat sebelum panglima- nya memerintah- kan maju, amat lama sekali, bertahun- tahun layak- nya. Kedua matanya yg tajam bergerak- gerak dgn cepat- nya menyelusuri seluruh medan tempur, seakan- akan lagi mencari- cari tempat bersemayam yg sebaik- baiknya buat seseorang pahlawan. Memanglah tidak ada yg menyibukkan- nya di antara seluruh perihal duniawi, kecuali tujuan Yang satu ini!

Diawali dengan berjatuhannya korban di pihak kalangan musyrikin penyeru kedhaliman serta kebathilan akibat ketajaman serta tebasan pedangnya al- Barra yang jitu. Setelah itu di akhir pertempuran, suatu sayatan pedang menimpa badannya oleh tangan seseorang musyrik, menyebabkan badan kasarnya jatuh ke tanah, sebaliknya badan halusnya menempuh jalannya membubung ke tingkatan yang paling tinggi ke mahligai para syuhada tempat kembalinya orang- orang yang beroleh berkah.

Seperti itu khayalannya dikala dia menantikan komando.

Khalid mengumandangkan takbir" Allahu Akbar", hingga majulah segala deretan barisan yang bersatu- padu menuju pada sasarannya, serta maju pula pengasyik maut Barra bin Malik.

Dia terus memburu anak buah& pengikut sang penipu Musailamah dgn pedang- nya, hingga mereka berjatuhan semacam daun kering di masa gugur. Tentara Musailamah bukan- lah tentara yg lemah& tidak banyak jumlah- nya. apalagi dia merupakan tentara murtad yg sangat beresiko. Baik bilangan ataupun perlawanan dan perjuangan habis- habisan prajurit- nya, adalah bahaya di atas segala bahaya!

Mereka membalas serbuan Kalangan Muslimin dengan perlawanan yang menggapai puncak kekerasannya sehingga hampir- hampir mereka mengambil alih kendali peperangan serta merubah perlawanan mereka menjadi serbuan balasan. Waktu itulah kecemaasan kegelisahan terasa merembes ke dalam barisan Kalangan Muslimin.

Melihat keadaan ini, para komandan serta pimpinan pasukan seraya terus bertempur berdiri di atas pelana, berseru dengan kalimat- kalimat yang membangunkankan semangat serta meneguhkan hati.

Barra bin Malik memiliki suara indah serta keras. Dia terpanggil oleh panglima Khalid, dimintanya buat buka suara. Hingga Barra juga menyerukan perkata yang penuh gemblengan semangat serta kepahlawanan, beralasan serta kuat. Wahai penduduk Madinah! Tidak ada Madinah untuk kamu saat ini. Yang ada cuma" Allah dan surga"

Perkataan itu menunjukkan jiwa pembicaranya, serta menarangkan sifat akhlaqnya. Benarlah, yang tinggal cumalah Allah dan surga! Sebab di dalam suasana serta tempat semacam ini, tidaklah wajar terdapat fikiran- fikiran kepada yang lain walaupun kota Madinah, ibu kota Negeri Islam, tempat rumah tangga, isteri dan anak- anak mereka! Sekarang tidak patut mereka berfikir ke situ! Karena apabila mereka sampai dikalahkan, sehingga tidak ada artinya kota Madinah lagi.

Kata- kata Barra ini menyerap laksana, laksana apakah?

Tiap tamsil apapun tidaklah tepat, sebab tidak seimbang dengan hasil yang ditimbulkannya.

Sehingga baiklah kita katakan saja, kata- kata Barra ini sudah menyerap serta itu telah lumayan. Serta dalam waktu yang tidak lama, suasana pertempuran pula kembali kepada keadaannya semula.

Kalangan Muslimin beroleh kemajuan bagaikan pendahuluan untuk sesuatu kemenangan yang gemilang. Serta orang- orang musyrikin tersungkur ke jurang kekalahan yang amat getir. Pada disaat itu

Barra bersama kawan- kawannya berjalan dengan bendera Muhammad saw hendak menggapai tujuan yang utama.

Orang- orang musyrik mundur serta melarikan diri ke belakang. Mereka berkumpul serta berlindung di sesuatu perkebunan besar yang mereka ambil selaku benteng pertahanan.

Pertempuran menjadi reda, serta semangat Muslimin agak surut. Jika begini naga- naganya, dengan siasat yang dipakai anak buah dan tentara Musailamah bertahan di perkebunan itu, bisa jadi suasana peperangan bakal berputar serta berganti arah lagi.

Sehingga di disaat yang genting itu, Barra naik ke sesuatu tempat yang ketinggian, kemudian berseru:" Wahai Kalangan Muslimin, bawalah saya serta lemparkan ke tengah- tengah mereka ke dalam kebun itu"

Bukankah telah kukatakan kepada kamu sekalian, kalau dia tidak mencari menang namun mencari syahid? Dia betul- betul sudah membayangkan kalau langkah ini merupakan penutup yang terbaik untuk kehidupannya, serta wujud yang terindah buat kematiannya. Sewaktu dia dilemparkan ke dalam kebun itu nanti, maka dia segera membukakan pintu untuk Kalangan Muslimin, serta bersamaan itu pedang- pedang orang musyrikin bakal melukai serta mengoyak- ngoyak badannya, namun di waktu itu pula pintu- pintu surga bakal terbuka lebar memperlihatkan kemewahan serta kenikmatannya buat menyambut mempelai baru serta mulia. 

Barra rupanya tidak menunggu dia digotong serta dilemparkan, malah dia sendiri yang memanjat bilik serta melemparkan dirinya ke dalam kebun serta langsung membuka pintu yang terus diserbu oleh tentara Islam.... Akan tetapi mimpi Barra belum lagi terlaksana, tidak ada rupanya pedang- pedang musyrikin yang sampai mencabut nyawanya, hingga tidak pula dia mendapatkan kematian yang sepanjang ini didambakan. Benarlah apa yang dikatakan oleh Abu Bakar radhiallahu anhu:

" Songsong serta carilah kematian, pasti akan memperoleh kehidupan"

Memanglah tubuh pahlawan itu mendapat lebih dari delapan puluh tusukan dari pedang- pedang musyrikin menyebabkannya menderita cedera lebih dari delapan puluh lubang, sehingga sebulan setelah perang berlalu masih pula dideritanya, serta Khalid sendiri turut merawatnya di waktu itu. Namun seluruh yang mengenai dirinya ini belum lagi bisa mengantarkannya kepada apa yang dicita- citakannya.

Tetapi yang demikian itu tidak mengakibatkan Barra berputus asa.

Kafir serta musyrik masih menyerang.

Melintang membatasi Agama Allah berkembang.

Seruan jihad senantiasa berkumandang.

Jalur ke surga masih terbentang.

Dulu Rasulullah meramalkan kalau permintaan serta doanya hendak dikabulkan Allah. Tinggal baginya senantiasa berdoa. meminta dikaruniai mati syahid, serta dia tidak butuh buru- buru, sebab tiap ajal telah terdapat ketentuannya.

Saat ini Barra sudah sembuh dari luka- luka perang Yamamah. Serta saat ini dia maju lagi bersama pasukan tentara islam yang berangkat hendak menghalau seluruh kekuatan kedhaliman ke jurang kehancurannya, adalah nun di sana. di mana masih berdiri 2 kerajaan raksasa serta aniaya, ialah Romawi serta Persi, yang dengan tentaranya yang ganas menduduki negeri- negeri Allah, memperbudak hamba- hambaNya serta mengintip kelengahan ummat Islam.

Barra memukulkan pedangnya serta di tiap tempat sisa pukulan itu berdiri bilik yang kukuh dalam membina alam baru yang bakal berkembang di bawah bendera islam dengan cepat tak ubahnya bagai munculnya mata hari menjelang siang.

Dalam salah satu peperangan di Irak, orang- orang Persi mempergunakan tiap metode yang rendah serta biadab yang bisa mereka lakukan selaku perlindungan.

Mereka memakai penggait- penggait yang diikatkan ke ujung rantai yang dipanaskan dengan api, mereka lempar dari dalam benteng mereka, sampai bisa menyambar Kalangan Muslimin serta menggaitnya secara seketika sedang korban tidak sanggup membebaskan dirinya.

Ada pula Barra serta abangnya Anas bin Malik mendapat tugas bersama sekelompok Muslimin buat merebut salah satu benteng- benteng itu. Namun seketika salah satu penggait ini jatuh serta menyangkut ke badan Anas, sedang dia tidak mampu memegang rantai buat membebaskan dirinya, sebab masih panas serta bernyala. Barra melihat kejadian yang mengerikan ini. Dengan segera dia menuju saudaranya yang tengah ditarik ke atas alat penggait dengan talinya yang panas menuju lantai dinding benteng. Dengan keberanian yang luar biasa dipegangnya rantai itu dengan kedua tangannya, kemudian direnggut serta disentakkannya sekuat- kuatnya, sampai akhirnya dia bisa membebaskan diri dari rantai itu, serta selamatlah Anas dari bahaya.

Bersama orang- orang sekelilingnya dilihatnya kedua telapak itu tidak terdapat lagi di tempatnya! Dagingnya rupa- rupanya sudah meleleh sebab terbakar serta yang tinggal cumalah kerangkanya yang memerah coklat serta terbakar hangus!

Si pahlawan kembali menghabiskan waktu yang lumayan lama pula buat memulihkan cedera bakarya hingga sembuh betul!

Apakah belum jua tiba masanya untuk sang pencinta maut itu buat menggapai maksudnya? Sudah, saat ini telah tiba masanya! Inilah ia pertempuran Tutsur bakal tiba, serta di sinilah balatentara Islam bakal berhadapan dengan balatentara Persi, serta di sinilah pula Barra bisa memperingati pestanya yang terbesar.

Penduduk Ahwaz serta Persi sudah berhimpun dalam sesuatu pasukan tentara yang amat besar hendak melanda Kalangan Muslimin. Amirul Muminin Umar bin Khatthab menulis pesan kepada Saad bin Abi Waqqash di Kufah supaya mengirimkan pasukan tentara ke Ahwaz, serta menulis pesan pula kepada Abu Musa al Asyari di Basrah supaya mengirimkan pula pasukan ke Ahwaz, sembari berpesan dalam pesan itu: "Angkatlah selaku komandan pasukan Suhail bin Adi serta hendaklah dia dampingi oleh Barra bin Malik"

Serta bertemulah pasukan yang tiba dari Kufah dengan yang tiba dari Basrah buat menghadapi tentara Persi di sesuatu pertempuran yang seru serta menyeramkan. Di golongan tentara Islam ada 2 orang bersaudara utama ialah Anas bin Malik serta Barra bin Malik. Pertempuran diawali dengan perang tanding satu lawan satu, Barra sendiri menjatuhkan hingga seratus penantang dari Persi. Setelah itu berkecamuklah perang yang baur di antara kedua pasukan serta dari kedua belah pihak berjatuhan korban yang tidak sedikit.

Sebagian shahabat mendekati Barra sedangkan perang tengah berlangsung itu mereka menghimbaunya sembari mengatakan:

"Masih ingatkah engkau, hai Barra akan sabda Rasul tentang dirimu: Berapa banyak orang yang berambut kusut masai serta berdebu serta punya cuma 2 baju lapuk hingga tidak diperhatikan orang sama sekali, sementara itu seandainya dia meminta kutukan kepada Allah untuk mereka, pastilah bakal diluluskannya.

Serta di antara orang- orang itu yakni Barra bin Malik.

"Wahai Barra bersumpahlah kalian kepada Tuhanmu, supaya Dia mengalahkan musuh serta membantu kita"

Maka Barra mengangkat kedua tangannya ke arah langit dengan berendah diri kemudian berdoa: "Ya Allah, kalahkan mereka. serta tolonglah kami atas mereka, serta pertemukanlah daku hari ini dengan Nabi- Mu"

Dilayangkannya pandangannya yang lama kepada saudaranya Anas yang berperang berdampingan dengannya, seakan- akan hendak mengucapkan selamat tinggal. Serta menyerbulah Kalangan Muslimin dengan keheranian yang tidak khawatir mati, sesuatu keberanian yang tidak diketahui dunia kecuali dari mereka. Serta mereka juga beroleh kemenangan, sesuatu kemenangan yang nyata.

Di tengah- tengah para syuhada yang jadi qurban pertempuran, terdapatlah Barra dengan wajahnya menunjukkan senyuman, senyum manis saperti sinar fajar. Tangan kanannya tengah menggenggam segumpal tanah berlumuran darah, ialah darahnya yang suci. Serta pedangnya masih tergeletak di sampingnya. kokoh tidak terpatahkan, rata tanpa guratan.

Musafir: itu sudah hingga ke kampungnya. Bersama- sama temannya yang syahid dia sudah menggapai perjalanan hidup yang agung lagi mulia, serta mereka menerima panggilan dari Ilahi:

"Itulah surga yang Kami wariskan buat kamu, selaku balasan atas amal perbuatan kamu"( Q. S. Al- Araf: 43)



No comments

Subscribe Our Newsletter