Sejarah Hari Raya Idul Adha, Kisah Nabi Ibrahim Dan Ismail | KISMATku - KISAH MANFAAT


SEJARAH HARI RAYA IDUL ADHA

Pada sesuatu hari, Nabi Ibrahim a. s menyembelih kurban fisabilillah berupa seribu ekor domba, tiga ratus ekor sapi, serta seratus ekor unta.

Banyak orang mengagumi- nya, malahan para malaikat- pun takjub atas kurban- nya.

“ Kurban sejumlah itu bagiku belum apa- apa. Demi Allah! Seandainya saya mempunyai anak lelaki, tentu bakal saya sembelih sebab Allah serta saya kurbankan kepada- Nya,” kata Nabi Ibrahim a. s, Selaku ungkapan karna siti Sarah r. a, istri Nabi Ibrahim a. s belum pula mengandung. Setelah itu siti Sarah r. a mengusulkan Ibrahim a. s supaya menikahi siti Hajar r. a, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir.

Pada saat berada di wilayah Baitul Maqdis, Ia Nabi Ibrahim a. s berdoa kepada Allah supaya dikaruniai seseorang anak, serta doa Beliau dikabulkan Allah.

Ada yang menyatakan dikala itu umur Nabi Ibrahim mencapai 99 tahun.

Dan karna demikian lamanya sehingga anak itu diberi nama Ismail, maksudnya" ALLAH TELAH MENDENGAR".

Selaku ungkapan ke- gembiraan karna akhir- nya mempunyai putra, Seakan Nabi Ibrahim berseru:" ALLAH MENDENGAR DOAKU".

Kala umur Ismail memijak kira- kira 7 tahun( ada yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke- 8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi terdapat seruan,

“ Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu( janjimu).”

Pagi harinya, Ia Nabi Ibrahim a. s pun berpikir serta merenungkan makna mimpinya tadi malam.

Apakah mimpi itu dari Allah ataupun dari setan?

Dari sinilah setelah itu bertepatan pada 8 Dzulhijah disebut sebagai hari TARWIYAH( maksudnya: BERPIKIR/ MERENUNG).

Pada malam ke- 9 di bulan Dzulhijjah, Ia bermimpi sama dengan sebelumnya.

Pagi harinya, Ia ketahui dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah.

Dari sinilah hari ke- 9 Dzulhijjah disebut dengan hari‘ ARAFAH( maksudnya: MENGETAHUI),

serta bertepatan pula waktu itu Ia tengah berada di tanah Arafah.

Malam selanjutnya lagi, Ia mimpi lagi dengan mimpi yang sama.

Hingga, keesokan harinya, Ia bertekad untuk melangsungkan nazarnya itu.

Karna itulah, hari itu disebut denga hari YAUMUN NAHR( HARI MENYEMBELIH KURBA).

Dalam riwayat lain diterangkan, pada saat Nabi Ibrahim a. s bermimpi buat yang pertama kalinya, sehingga Ia memutuskan domba- domba berisi, sejumlah 100 ekor buat disembelih sebagai kurban. Mendadak api datang menyantapnya. Ia mengira kalau perintah dalam mimpi telah terpenuhi.

Untuk mimpi yang kedua kalinya, Dia memilah unta- unta berisi sejumlah 100 ekor buat disembelih sebagai kurban. Seketika api datang menyantapnya, dan Dia mengira perintah dalam mimpinya itu sudah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah- olah terdapat yang menyeru,

“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu supaya menyembelih putramu, Ismail a. s.”

Dia Nabi Ibrahim terbangun mendadak, langsung memeluk Ismail a. s serta menangis hingga waktu Subuh datang.

Untuk melakukan perintah Allah tersebut, Dia Nabi Ibrahim a. s menemui istrinya terlebih dulu, siti Hajar r. a( bunda Ismail a. s).

Dia Nabi Ibrahim a. s mengatakan,“ Dandanilah putramu dengan baju yang sangat bagus, karena Dia bakal kuajak untuk bertamu kepada Allah.”

Siti Hajar r. a pula segera mendandani Ismail a. s dengan baju sangat bagus dan meminyaki serta menyisir rambutnya.

Setelah itu Dia Nabi Ibrahim a. s bersama putranya berangkat menuju ke sesuatu lembah di wilayah Mina dengan membawa tali serta sebilah pedang.

Pada disaat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya serta belum pernah sesibuk itu. Mondar- mandir ke sana ke mari. Ismail r. a yang melihatnya lekas mendekati bapaknya.

“ Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan serta lucu itu?” seru Iblis.

“ Benar, tetapi saya diperintahkan untuk itu( menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim a. s.

Sesudah gagal membujuk bapaknya, Iblsi juga datang menemui ibunya, siti Hajar r. a.

“ Kenapa kau cuma duduk- duduk tenang saja, sementara itu suamimu membawa anakmu buat disembelih?” goda Iblis.

“ Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seseorang bapak menewaskan anaknya?” jawab siti Hajar r. a.

“ Kenapa Dia membawa tali serta sebilah pedang, jika bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“ Untuk apa seseorang bapak menewaskan anaknya?” jawab Hajar r. a balik bertanya.

“ Dia menyangka kalau Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“ Se- orang Nabi tidak bakal di- tugasi untuk berbuat ke- batilan. Seandai- nya itu benar, nyawa- ku sendiri- pun siap dikorban- kan demi tugas- nya yg mulia itu, terlebih cuma dgn mengurban- kan nyawa anak- ku, hal itu belum berarti apa- apa!” jawab Hajar r. a dgn mantap.

Iblis gagal untuk ke- dua kali- nya, tetapi dia tetap ber- usaha untuk menggagal- kan upaya penyembelihan Ismail a. s itu.

Hingga, dia juga mendatangi Ismail a. s seraya membujuknya,

“ Hai Isma’ il! Kenapa kau cuma bermain- main serta berhura- hura saja, sementara itu ayahmu mengajakmu ketempat ini cuma untk menyembelihmu.

Lihat, dia membawa tali serta sebilah pedang,”

“ Kau dusta, memangnya mengapa bapak mesti menyembelih diriku?” jawab Ismail a. s dengan heran.

“ Ayahmu menyangka kalau Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“ Demi perintah Allah! Saya siap mendengar, patuh, serta melakukan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail a. s dengan mantap.

Pada saat Iblis hendak merayu serta menggodanya dengan perkata lain, tiba- tiba Ismail a. s memungut beberapa kerikil ditanah, serta langsung melemparkannya ke arah Iblis sampai butalah matanya sebelah kiri. Hingga, Iblis pun angkat kaki dengan tangan hampa. 

Dari sinilah sesudah itu dikenal dengan kewajiban untuk Melontarkan KERIKIL( JUMRAH) dalam ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim a. s berterus terang kepada putranya,

“ Wahai anakku! Sebetulnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Sehingga pikirkanlah apa pendapatmu?…”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 102).

“ Dia( Ismail a. s) menanggapi,

Wahai Ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Engkau mendapatiku termasuk orang- orang yang sabar”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim a. s serta langsung ber- tahmid( mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak- banyaknya.

Untuk melakukan tugas bapaknya itu Ismail a. s berpesan kepada bapaknya,

“ Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku supaya saya tidak bergerak- gerak sehingga merepotkan.

Telungkupkanlah wajahku supaya tidak kelihatan oleh bapak, sehingga tidak muncul rasa iba.

Singsingkanlah lengan pakaian bapak supaya tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga dapat mengurangi pahalaku, dan bila bunda melihatnya pasti bakal ikut berduka.”

“ Tajamkanlah pedang serta goreskan segera dileherku ini supaya lebih gampang serta cepat proses mautnya. Kemudian bawalah kembali bajuku serta serahkan kepadanya biar bunda biar jadi kenangan baginya, dan sampaikan pula salamku kepadanya dengan mengatakan,:

‘ Wahai bunda! Bersabarlah dalam melangsungkan perintah Allah’

Terakhir, janganlah bapak mengajak kanak- kanak lain ke rumah bunda sehingga bunda menjadi semakin menambah belasungkawa padaku, serta pada saat bapak memandang anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa pilu di hati bapak,” sambung Ismail a. s.

Sesudah mendengar pesan- pesan putranya itu, Nabi Ibrahim a. s menanggapi,

“ Sebaik- baik kawan dalam melangsungkan perintah Allah ialah kau, wahai putraku tercinta!”

Setelah itu Nabi Ibrahim a. s menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang sudah diikat tangan serta kakinya, akan tetapi Dia tidak dapat menggoresnya.

Ismail a. s mengatakan,

“ Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan serta kakiku ini supaya saya tidak dinilai terpaksa dalam melaksanakan perintah- Nya. Goreskan lagi ke leherku supaya para malaikat mengetahui bahwa diriku taat kepada Allah dalam menjalan perintah semata- mata karena- Nya.”

Nabi Ibrahim a. s membebaskan ikatan tangan serta kaki putranya, kemudian Dia hadapkan wajah anaknya ke bumi serta langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, tetapi Dia masih pula tidak dapat melaksanakannya sebab pedangnya selalu terpental.

Tidak puas dengan kemampuanya, Dia menghujamkan pedangnya kearah suatu batu serta batu itu pula terbelah jadi 2 bagian.

“ Hai pedang! Kau bisa membelah batu, tetapi kenapa kau tidak sanggup menembus daging?” gerutu Dia Nabi Ibrahim a. s.

Atas izin Allah, pedang menanggapi,“ Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sebaliknya Allah penguasa semesta alam berfirman,‘ jangan disembelih’. Jikalau begitu, mengapa saya mesti menentang perintah Allah?”

Allah berfirman,

“ Sesungguhnya ini betul- betul suatu ujian yang nyata( bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Ismail a. s ditukar dengan seekor domba kibas yang dahulu sempat dikurbankan oleh Habil serta selama itu domba itu hidup di surga.

Malaikat Jibril a. s tiba membawa domba kibas itu serta Dia masih sempat memandang Nabi Ibrahim a. s menggoreskan pedangnya ke leher putranya.

Dan pada disaat itu pula semesta alam beserta segala isinya ber- takbir( Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah atas kesabaran kedua umat- Nya dalam melaksanakan perintahnya.

Melihat itu, malaikai Jibril a. s terpukau lalu mengagungkan asma Allah,“ Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”.

Nabi Ibrahim a. s menyahut,“ Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”.

Ismail a. s mengikutinya,“ Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”.

Setelah itu bacaan- bacaan tersebut dibaca pada tiap hari raya kurban( Idul Adha). 

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
الله أكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
لا إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده
لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
وعلى أصحاب سيدنا محمد على أنصار سيدنا محمد
وعلى أزواج سيدنا محمد وعلى ذرية سيدنا محمد وسلم تسليما كثيرا


Semoga bermanfaat

Sumber :
"Kitab Misykatul Anwar", karangan Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali r.a”


Sejarah Hari Raya Idul Adha, Kisah Nabi Ibrahim Dan Ismail | KISMATku



SEJARAH HARI RAYA IDUL ADHA

Pada sesuatu hari, Nabi Ibrahim a. s menyembelih kurban fisabilillah berupa seribu ekor domba, tiga ratus ekor sapi, serta seratus ekor unta.

Banyak orang mengagumi- nya, malahan para malaikat- pun takjub atas kurban- nya.

“ Kurban sejumlah itu bagiku belum apa- apa. Demi Allah! Seandainya saya mempunyai anak lelaki, tentu bakal saya sembelih sebab Allah serta saya kurbankan kepada- Nya,” kata Nabi Ibrahim a. s, Selaku ungkapan karna siti Sarah r. a, istri Nabi Ibrahim a. s belum pula mengandung. Setelah itu siti Sarah r. a mengusulkan Ibrahim a. s supaya menikahi siti Hajar r. a, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir.

Pada saat berada di wilayah Baitul Maqdis, Ia Nabi Ibrahim a. s berdoa kepada Allah supaya dikaruniai seseorang anak, serta doa Beliau dikabulkan Allah.

Ada yang menyatakan dikala itu umur Nabi Ibrahim mencapai 99 tahun.

Dan karna demikian lamanya sehingga anak itu diberi nama Ismail, maksudnya" ALLAH TELAH MENDENGAR".

Selaku ungkapan ke- gembiraan karna akhir- nya mempunyai putra, Seakan Nabi Ibrahim berseru:" ALLAH MENDENGAR DOAKU".

Kala umur Ismail memijak kira- kira 7 tahun( ada yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke- 8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi terdapat seruan,

“ Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu( janjimu).”

Pagi harinya, Ia Nabi Ibrahim a. s pun berpikir serta merenungkan makna mimpinya tadi malam.

Apakah mimpi itu dari Allah ataupun dari setan?

Dari sinilah setelah itu bertepatan pada 8 Dzulhijah disebut sebagai hari TARWIYAH( maksudnya: BERPIKIR/ MERENUNG).

Pada malam ke- 9 di bulan Dzulhijjah, Ia bermimpi sama dengan sebelumnya.

Pagi harinya, Ia ketahui dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah.

Dari sinilah hari ke- 9 Dzulhijjah disebut dengan hari‘ ARAFAH( maksudnya: MENGETAHUI),

serta bertepatan pula waktu itu Ia tengah berada di tanah Arafah.

Malam selanjutnya lagi, Ia mimpi lagi dengan mimpi yang sama.

Hingga, keesokan harinya, Ia bertekad untuk melangsungkan nazarnya itu.

Karna itulah, hari itu disebut denga hari YAUMUN NAHR( HARI MENYEMBELIH KURBA).

Dalam riwayat lain diterangkan, pada saat Nabi Ibrahim a. s bermimpi buat yang pertama kalinya, sehingga Ia memutuskan domba- domba berisi, sejumlah 100 ekor buat disembelih sebagai kurban. Mendadak api datang menyantapnya. Ia mengira kalau perintah dalam mimpi telah terpenuhi.

Untuk mimpi yang kedua kalinya, Dia memilah unta- unta berisi sejumlah 100 ekor buat disembelih sebagai kurban. Seketika api datang menyantapnya, dan Dia mengira perintah dalam mimpinya itu sudah terpenuhi.

Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah- olah terdapat yang menyeru,

“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu supaya menyembelih putramu, Ismail a. s.”

Dia Nabi Ibrahim terbangun mendadak, langsung memeluk Ismail a. s serta menangis hingga waktu Subuh datang.

Untuk melakukan perintah Allah tersebut, Dia Nabi Ibrahim a. s menemui istrinya terlebih dulu, siti Hajar r. a( bunda Ismail a. s).

Dia Nabi Ibrahim a. s mengatakan,“ Dandanilah putramu dengan baju yang sangat bagus, karena Dia bakal kuajak untuk bertamu kepada Allah.”

Siti Hajar r. a pula segera mendandani Ismail a. s dengan baju sangat bagus dan meminyaki serta menyisir rambutnya.

Setelah itu Dia Nabi Ibrahim a. s bersama putranya berangkat menuju ke sesuatu lembah di wilayah Mina dengan membawa tali serta sebilah pedang.

Pada disaat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya serta belum pernah sesibuk itu. Mondar- mandir ke sana ke mari. Ismail r. a yang melihatnya lekas mendekati bapaknya.

“ Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan serta lucu itu?” seru Iblis.

“ Benar, tetapi saya diperintahkan untuk itu( menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim a. s.

Sesudah gagal membujuk bapaknya, Iblsi juga datang menemui ibunya, siti Hajar r. a.

“ Kenapa kau cuma duduk- duduk tenang saja, sementara itu suamimu membawa anakmu buat disembelih?” goda Iblis.

“ Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seseorang bapak menewaskan anaknya?” jawab siti Hajar r. a.

“ Kenapa Dia membawa tali serta sebilah pedang, jika bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.

“ Untuk apa seseorang bapak menewaskan anaknya?” jawab Hajar r. a balik bertanya.

“ Dia menyangka kalau Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.

“ Se- orang Nabi tidak bakal di- tugasi untuk berbuat ke- batilan. Seandai- nya itu benar, nyawa- ku sendiri- pun siap dikorban- kan demi tugas- nya yg mulia itu, terlebih cuma dgn mengurban- kan nyawa anak- ku, hal itu belum berarti apa- apa!” jawab Hajar r. a dgn mantap.

Iblis gagal untuk ke- dua kali- nya, tetapi dia tetap ber- usaha untuk menggagal- kan upaya penyembelihan Ismail a. s itu.

Hingga, dia juga mendatangi Ismail a. s seraya membujuknya,

“ Hai Isma’ il! Kenapa kau cuma bermain- main serta berhura- hura saja, sementara itu ayahmu mengajakmu ketempat ini cuma untk menyembelihmu.

Lihat, dia membawa tali serta sebilah pedang,”

“ Kau dusta, memangnya mengapa bapak mesti menyembelih diriku?” jawab Ismail a. s dengan heran.

“ Ayahmu menyangka kalau Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.

“ Demi perintah Allah! Saya siap mendengar, patuh, serta melakukan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail a. s dengan mantap.

Pada saat Iblis hendak merayu serta menggodanya dengan perkata lain, tiba- tiba Ismail a. s memungut beberapa kerikil ditanah, serta langsung melemparkannya ke arah Iblis sampai butalah matanya sebelah kiri. Hingga, Iblis pun angkat kaki dengan tangan hampa. 

Dari sinilah sesudah itu dikenal dengan kewajiban untuk Melontarkan KERIKIL( JUMRAH) dalam ibadah haji.

Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim a. s berterus terang kepada putranya,

“ Wahai anakku! Sebetulnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Sehingga pikirkanlah apa pendapatmu?…”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 102).

“ Dia( Ismail a. s) menanggapi,

Wahai Ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Engkau mendapatiku termasuk orang- orang yang sabar”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 102).

Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim a. s serta langsung ber- tahmid( mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak- banyaknya.

Untuk melakukan tugas bapaknya itu Ismail a. s berpesan kepada bapaknya,

“ Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku supaya saya tidak bergerak- gerak sehingga merepotkan.

Telungkupkanlah wajahku supaya tidak kelihatan oleh bapak, sehingga tidak muncul rasa iba.

Singsingkanlah lengan pakaian bapak supaya tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga dapat mengurangi pahalaku, dan bila bunda melihatnya pasti bakal ikut berduka.”

“ Tajamkanlah pedang serta goreskan segera dileherku ini supaya lebih gampang serta cepat proses mautnya. Kemudian bawalah kembali bajuku serta serahkan kepadanya biar bunda biar jadi kenangan baginya, dan sampaikan pula salamku kepadanya dengan mengatakan,:

‘ Wahai bunda! Bersabarlah dalam melangsungkan perintah Allah’

Terakhir, janganlah bapak mengajak kanak- kanak lain ke rumah bunda sehingga bunda menjadi semakin menambah belasungkawa padaku, serta pada saat bapak memandang anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa pilu di hati bapak,” sambung Ismail a. s.

Sesudah mendengar pesan- pesan putranya itu, Nabi Ibrahim a. s menanggapi,

“ Sebaik- baik kawan dalam melangsungkan perintah Allah ialah kau, wahai putraku tercinta!”

Setelah itu Nabi Ibrahim a. s menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang sudah diikat tangan serta kakinya, akan tetapi Dia tidak dapat menggoresnya.

Ismail a. s mengatakan,

“ Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan serta kakiku ini supaya saya tidak dinilai terpaksa dalam melaksanakan perintah- Nya. Goreskan lagi ke leherku supaya para malaikat mengetahui bahwa diriku taat kepada Allah dalam menjalan perintah semata- mata karena- Nya.”

Nabi Ibrahim a. s membebaskan ikatan tangan serta kaki putranya, kemudian Dia hadapkan wajah anaknya ke bumi serta langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, tetapi Dia masih pula tidak dapat melaksanakannya sebab pedangnya selalu terpental.

Tidak puas dengan kemampuanya, Dia menghujamkan pedangnya kearah suatu batu serta batu itu pula terbelah jadi 2 bagian.

“ Hai pedang! Kau bisa membelah batu, tetapi kenapa kau tidak sanggup menembus daging?” gerutu Dia Nabi Ibrahim a. s.

Atas izin Allah, pedang menanggapi,“ Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sebaliknya Allah penguasa semesta alam berfirman,‘ jangan disembelih’. Jikalau begitu, mengapa saya mesti menentang perintah Allah?”

Allah berfirman,

“ Sesungguhnya ini betul- betul suatu ujian yang nyata( bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”( QS. Ash- Shâffât,[37]: 106)

Menurut satu riwayat, bahwa Ismail a. s ditukar dengan seekor domba kibas yang dahulu sempat dikurbankan oleh Habil serta selama itu domba itu hidup di surga.

Malaikat Jibril a. s tiba membawa domba kibas itu serta Dia masih sempat memandang Nabi Ibrahim a. s menggoreskan pedangnya ke leher putranya.

Dan pada disaat itu pula semesta alam beserta segala isinya ber- takbir( Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah atas kesabaran kedua umat- Nya dalam melaksanakan perintahnya.

Melihat itu, malaikai Jibril a. s terpukau lalu mengagungkan asma Allah,“ Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”.

Nabi Ibrahim a. s menyahut,“ Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”.

Ismail a. s mengikutinya,“ Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”.

Setelah itu bacaan- bacaan tersebut dibaca pada tiap hari raya kurban( Idul Adha). 

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
الله أكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
لا إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده
لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
وعلى أصحاب سيدنا محمد على أنصار سيدنا محمد
وعلى أزواج سيدنا محمد وعلى ذرية سيدنا محمد وسلم تسليما كثيرا


Semoga bermanfaat

Sumber :
"Kitab Misykatul Anwar", karangan Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali r.a”


No comments

Subscribe Our Newsletter