Renungan Dari Abu Lubabah Bin Abdil Mundzir r.a | KISMATku - KISAH MANFAAT

Renungan Dari Abu Lubabah Bin Abdil Mundzir r.a | KISMATku


Renungan

Amanat adalah salah satu keutamaan seorang muslim yang lahir dari akidahnya dan yang membuktikan pada kejujuran hidupnya dan kemuliaan tujuannya. Karena itulah, amanat merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari keimanan dan berkhianat sebagai pertanda ingkar dan kafir, seperti yang dikatakan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam.

"Tidak beriman siapa yang tidak memiliki amanat dan tidak beragama siapa yang tidak bisa dipegang janjinya".

Amanat merupakan salah satu sifat orang baik dan salah sebuah unsur kesempurnaan pribadi, firman-Nya:
"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya". ( al-Mu'minuun:8)

Dibawakan oleh Ubadah bin ash-Shamit radhiallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam bersabda:

"Jamin untukku enam perkara, aku akan menjamin untuk kalian surga: 1). berbicaralah dengan jujur, 2). Tepatilah janjimu, 3). Tunaikanlah amanatmu, 4). Tundukanlah pandanganmu, 5). Peliharalah kemaluanmu, dan 6). Peliharalah tangan (tindakkan)mu".

Memisahkan diri dari keutamaan itu berarti memisahkan orang tersebut dari semua keutamaan, meskipun tidak bisa disangkal bahwa anak-anak Adam adalah pelaku kesalahan. Hal itu merupakan tabiat manusia yang tidak bisa di ingkari lagi dan tidak mungkin bisa ditutup-tutupi.

Bertolak dari sanalah dicurahkan perhatian Allah kepada manusia ini, manusia yang kepadanya Allah memerintahkan malaikat-Nya bersujud, Yang mengangkatnya menjadi khalifah-Nya dimika bumi, dan yang memuliakannya diatas semua mahluk-Nya serta dipercaya untuk memakmurkan alam ini.

Manusia bisa meningkatkan harkat dan martabat ke kelas malaikat kalau ia berpegang teguh kepada ajaran Agama Islam, namun ia bisa saja merosot ke kelas setan kalau ia menjauhkan diri dari ajaran Allah. Hikmah Allah menetapkan karena kasih-Nya kepada manusia-untuk mengirimkan para rasul dan munurunkan beberapa buah  Kitab-Nya adalah untuk menggiring manusia itu ke jalan-Nya yang lurus. Kalau sudah agak lama tidak turun nabi atau rasul, lalu manusia beranggapan bahwa selama masa itu tidak ada hisab dan tidak ada hukuman.

Karena itulah, manusia selalu diberi peringatan supaya tidak terjerumus ke dalam tindakan yang di haramkan Rabbnya, yang selalu diperintahkan untuk dijauhinya, Firman-Nya:

"Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman". (adz-Dzaariyaat:55)

"Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan". (al-Ghaasyiyah:21)

Shalat yang di wajibkan sehari semalam lima waktu itu untuk mendekatkannya dengan Rabbnya, untuk senantiasa mengingatkan dan menyadarkannya.

Sungguhpun begitu, manusia selalu tergoda oleh gemerlapnya kehidupan duniawi ini. Ia mudah dibujuk rayu oleh setan untuk meninggalkan ajaran Rabbnya. Akhirnya, ia pun tersesat. Akan tetapi, kalau dalam hati nuraninya masih terdapat setitik keimanan, ia masih mudah digiring kembali ke jalan Allah, lalu ia kembali bertobat dan beristighfar kepada Rabbnya, Firman-Nya:

"Katakanlah Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri: 'janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .'"(az-Zumar:53)

Berkat ampunan dan kasih sayang Allah Ta'ala, manusia yang semula berlumuran dosa itu menjadi seorang maKhluk yang paling mulia, sesuai dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam,"Sebaik-baik pelaku kesalahan ialah yang bertobat".

Dalam hal ini, Abu Lubabah radhiallaahu 'anhu adalah salah seorang sahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam yang hatinya didapati oleh keimanan. Ia termasuk orang pertama yang masuk Islam, yang menyambut panggilan Allah Ta'ala, namun ia tergelincir seperti halnya manusia lain ketika hatinya sedang lemah dan jiwanya sedang lengah, lalu ia berbuat sesuatu yang menimbulkan Allah dan Rasul-Nya gusar kepadanya karena ia memberi isyarat kepada orang-orang Yahudi bekas sekutunya di jaman jahiliyah supaya tidak mau menerima hukum yang hendak di berikan Rasulullah karena hal itu berati hukuman mati bagi mereka.

Begitu awan mendung itu hilang diembus angin maka percikan cahaya menyinari kalbunya kembali. Pada saat itulah kesadarannya pulih kembali dan mulai merasakan bahwa ia telah terperosok mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, lalu ia menghukum dirinya sebagai kifarat atas dosanya, Firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) Janganlah kamu mengkhianati amanat-amanatyang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui". (al-Anfaal:27)

Khianat kepada Allah Ta'ala dan kepada Rasul-Nya, dengan menjauhkan diri dari hidayah Allah dan hidayah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam artinya menolak melaksanakan syariat Allah dalam kehidupan dan mengabaikan apa-apa yang diwajibkan kepadanya, baik berupa kewajiban maupun ibadah-ibadah lainnya.

Khianat kepada Allah dan Rasul-Nya berarti tidak membulatkan keikhlasan dan kesetiaan, lalu menyekutukan-Nya dengan kekuata-kekuatan lain yang tidak mampu memberikan manfaat dan mudarat, yang tidak bisa menentukan mati, hidup, dan kebangkitan, Firman-Nya:

"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun walaupun mereka satu untuk menciptakannya. Dan, jika lalat itu, merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyebabkan dan amat lemah (pulalah) yang disembah".(al-Hajj:73).

Induk semua khianat ialah kalau kita mengorupsi kewajiban kita atau meninggalkannya sama sekali, atau kita berpura-pura beriman padahal hati kita kafir, atau mengkhianati orang yang mempercayakan hal ihwalnya kepada kita, atau kita tidak menepati janji setia kawan kita. Padahal, Islam sudah jelas-jelas anti khianat dan mencemoohkan para pengkhianat yang suka melanggar janjinya. Islam juga tidak menyukai orang muslim yang mengkhianati janjinya demi mencapai maksudnya, meskipun maksudnya itu mulia, Firman-Nya :

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membaalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat". (an-Nahl:91

Amanat pemerintahan harus diberikan kepada orang-orang yang dapat dipercaya, yang kuat, yang cakap memerintah, dan ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Kalau ia memajukan orang yang seharusnya dimundurkan atau memundurkan orang yang seharusnya dimajukan maka orang itu telah mengundang maklumat perang dari Allah dan Rasul-Nya.

Yazid bin Abi Sufyan berkata bahwa Abu Bakar ash-Ashiddiq radhiallaahu 'anhu berkata ketika mengutusnya ke Syam: "wahai Yazid! Sesungguhnya engkau mempunyai kerabat karib; mungkin engkau utamakan mereka dengan memberikan kekuasaan (pemerintahan), itulah yang saya takutkan atasmu setelah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam bersabda:"Siapa yang diberi kuasa mengurus kepentingan kaum muslimin, Lalu ia mengangkat seseorang dengan bertindak tidak jujur, maka laknat Allah baginya dan Allah tidak akan menerima tebusan atau imbalan pun hingga orang itu dimasukkan ke dalam api neraka".

Ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam dan bertanya kepadanya: "Kapan datangnya hari kiamat itu?"
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa aalihi wasallam  menjawab: "Bilamana amanat sudah dihilangkan maka tunggulah saat (kehancuran) itu!"
Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana amanat itu di hilangkan?"
Baginda menjelaskan: "Apabila kekuasaan diserahkan kepada bukan ahlinya".
Harta kekayaan negara adalah amanat di tangan penguasa. Penguasa berkewajiban untuk menempatkan di tempatnya dan menafkahkan sesuai dengan keperluannya, demi kepentingan rakyat dan masyarakatnya. Kalau ia berbuat lain dari itu, maka ia telah berkhianatdan telah melenceng dari syariat Allah.

Kapan kiranya bendera amanat dan keamanan berkibar di tengah-tengah kaum muslimin? Kapan kaum muslimin akan merasa aman atas tanah airnya sehingga tidak merasa khawatir terhadap bumi dan hasil buminya dirampok orang sehingga harta benda dan kekayaan buminya tidak dirampas orang dari depan matanya?

Kapan kehormatan umat dan masyarakatnya tidak dirobek-robek oleh media massa cetak dan elektronik yang terarah serta terpimpin karena hilangnya nilai-nilai dan akhlaknya? Ya, kapan hal itu akan terwujud? Kapan hal itu akan terjadi,Ya Rabb?.


Rekomendasi

No comments

Subscribe Our Newsletter